Persepsi Hidup dan Mati Orang Jawa

FK-KMK UGM. Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mengadakan forum diskusi (Raboan) yang berjudul “Persepsi Hidup dan Mati Orang Jawa” yang disampaikan oleh Drs. Anton Suparnjo atau lebih akrab dipanggil Mbah Manyo selaku Pemerhati dan Praktisi Budaya Jawa serta kegiatan dimoderatori oleh Galuh F. Putra, M.A dari CBMH UGM – UNESCO Chair. Kegiatan yang berlangsung selama dua jam ini diselenggarakan secara daring melalui kanal YouTube CBMH UGM, Rabu (21/4).

Orang jawa mengenal istilah jagat cilik (micro cosmos) dan jagat gedhe (macro cosmos). Jagat cilik berarti manusia perorangan, sedangkan jagat gedhe berarti alam semesta. Konsep orang jawa menganggap bahwa alam semesta dan manusia memiliki kerumitan yang sama. Namun semakin berkembangnya zaman, manusia dianggap lebih rumit dan komplek dari alam semesta karena keunikan tiap manusia. “Proses perkembangan manusia dari lahir sampai meninggal digambarkan dalam sebelas tembang macapat atau disebut juga sekar alit/tembang alit,” jelas Mbah Manyo.

Berikut makna dari sebelas tembang macapat yang disampaikan oleh Mbah Manyo antara lain: 1). Maskumambang; berarti “masku mambang” janin yang mengambang di air ketuban, buah cinta yang diharapkan sepasang pria dan wanita. 2). Mijil; berarti lahir atau keluar. 3). Dhandhanggula; berarti harapan yang manis. Adanya pengharapan besar dari kelahiran bayi. 4). Kinanthi; berarti digandeng. Untuk menjadi anak yang baik harus digandeng atau diajari dan dibimbing. 5). Sinom; berarti masa remaja, proses mencari identitas diri. 6). Asmaradana; berarti berarti masa puber, mulai tertarik dengan lawan jenis. 7). Gambuh; berarti gambaran setelah menikah akan ada proses sinkronisasi dalam berkeluarga yang tak akan pernah selesai. 8). Durma; berarti darma orang tua yang dikaruniai anak, durma menjadi titik balik orang Jawa. 9). Pangkur; berarti fase seseorang mulai mungkur/menjauhi kesenangan duniawi dan mulai mempersiapkan kehidupan di akhirat. 10). Megatruh; berarti “megat ruh” atau berpisahnya jiwa dan raga. 11). Pocung; berarti pucuk, telah sampai di akhir kehidupan dunia, kembali nglegena atau polos.

“Orang yang akan meninggal menurut primbon jawa, mulai dari satu tahun sebelumnya sudah bisa merasakan tanda-tandanya. Tanda itu bisa lewat melalui alam atau kejadian yang dialami,” pungkas Mbah Manyo. (Arif AR/Reporter)

Selengkapnya acara di https://youtu.be/Ml9G1BxTPL0